Latar Belakang Lahirnya Reformasi
Reformasi dapat diartikan sebagai pembaharuan ajaran agama Nasrani.
Dalam bahasa Inggris disebut “Reformation”. Pembaharuan ini dipelopori
oleh Martin Luther, lahir di kota Eisleben, Jerman pada tanggal 10
Nopember 1483. Menempuh pendidikan hingga di perguruan tinggi, pernah
belajar hukum tetapi tidak pernah menyelesaikan pendidikan formal,
melainkan memilih jurusan pendeta. Pada tahun 1512, Martin Luther meraih
gelar Doktor dalam Teologi di Universitas Wittenberg, Jerman.
Martin Luther (http://www.reformation.org) |
Proses lahirnya reformasi dimulai ketika Martin Luther ke Roma tahun
1510. Dilihatnya pemborosan dan kemewahan duniawi para pendeta gereja
Katolik yang membuatnya kaget dan terheran-heran. Martin Luther
selanjutnya menyatakan keluhan-keluhan ketidakpuasan terhadap gereja
Katolik. Hal paling mendasar yang mendorongnya melancarkan gerakan
protes terhadap gereja Katolik adalah adanya pengampunan dosa melalui
penjualan surat pengampunan siksa (indulgensi). Praktek penjualan surat
pengampunan siksa yang pertama dijumpai oleh Martin Luther adalah ketika
seorang Kardinal utusan Paus datang ke Jerman. Utusan tersebut dengan
bersemangat menyampaikan kepada jemaat Gereja yang haus akan keselamatan
bahwa hukuman kekal akan hapus bagi mereka asal membayar uang pajak.
Surat penghapusan siksa itu menunjukan dengan jelas betapa gereja Roma
telah bersifat duniawi. Titik tolaknya ialah sakramen pengakuan dosa.
Dosa yang diakui kepada seorang imam diampuni apabila imam berkata: “ego
obsolvote” (Aku mengampuni engkau). Demikian ajaran gereja Katolik
Roma.
Menurut ajaran gereja waktu itu, orang yang meninggal tidak langsung
masuk surga atau sebaliknya ke neraka, tapi dia berhenti sementara di
“purgatorium” yaitu tempat di mana orang yang belum siap masuk ke surga
dibersihkan dulu oleh api atas dosa besarnya. Hukuman api penyucian ini
dapat dihapus dengan memakai harta sehingga seseorang masuk ke surga.
Gereja dapat mengurangi hukuman seseorang di dalam api penyucian jika
memberikan harta, ikut dalam perang Salib dan telah menyesali
benar-benar dosanya. Sebagai bukti hukuman dikurangi adalah diberikan
sepucuk surat, yaitu surat penghapusan siksa. Tapi lambat laun surat itu
dapat diperoleh dengan hanya menyumbang uang.
Awalnya, surat pengampunan dosa tersebut dijual pada waktu Perang Salib
sekedar untuk membantu perang suci itu. Namun mulai awal abad ke-16 ide
yang murni ini telah ditransformasikan menjadi sumber pendapatan untuk
Paus yang menghadapi krisis keuangan dan bersedia untuk fleksibel dalam
teologinya agar dapat memenuhinya. Kemarahan Luther secara khusus
disulut oleh teknik-teknik pemasaran Johannes Tetzel, salah seorang
penjual indulgensi ternama. Hanya dengan tiga mark Jerman, seorang
pendosa dapat dilepaskan dari semua penghukuman yang akan dihadapinya
dalam api penyucian. Luther sangat marah dengan semboyan yang digunakan
Tetzel, yaitu, “Kalau uang berdenting di dalam peti, melompatlah jiwa
itu ke dalam sorga”. Lebih berani lagi, Tetzel tidak hanya berjanji
memperpendek waktu di purgatorium bagi yang mati, malahan dia
mengutamakan bahwa dengan membeli suratnya para pembeli tidak akan
berhenti di purgatorium, akan tetapi langsung menuju surga.
Penjualan surat pengampunan siksa pada abad ke-16 di Jerman bukan lagi
untuk membiayai perang Salib, tetapi pendapatan itu dipakai membantu
gereja St. Peter di Roma, sehingga menimbulkan kemarahan orang-orang
saleh. Kaum Patriot Jerman menganggap sebagai eksploitasi terhadap
orang-orang Jerman. Roma dianggap perampok besar.
Pada tanggal 31 Oktober 1517 Martin Luther menempel poster di pintu
gerbang gereja Wittenberg yang berisi "sembilan puluh lima pokok sikap"
yang diantaranya melabrak kemewahan hidup gereja secara umum dan kirim
tindasan "sembilan puluh lima pokok sikap"-nya itu kepada Uskup Mainz.
Selain itu, dicetaknya pula dan disebar luas ke mana-mana.
Martin Luther menerjemahkan Injil kedalam bahasa Jerman yang menimbulkan
pengaruh besar dalam masyarakat. Tulisan tersebut membuka pintu bagi
tiap orang mempelajari Injil sendiri tanpa melalui perantara gereja atau
pendeta. Terjemahan yang begitu indah dan sempurna berpengaruh besar
terhadap perkembangan bahasa dan kesusasteraaan Jerman.
Kepustakaan:
Boehlke, Robert R. 2006. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato sampai Ignatius Loyola. Jakarta: Gunung Mulia.
http://media.isnet.org/iptek/100/MartinLuther.html. Diakses tanggal 9 Juni 2012.
McGrath, Alister E. 2006. Sejarah Pemikiran Reformasi. Diterjemahkan oleh Liem Sien Kie. Jakarta: Gunung Mulia.
Boehlke, Robert R. 2006. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama Kristen: Dari Plato sampai Ignatius Loyola. Jakarta: Gunung Mulia.
http://media.isnet.org/iptek/100/MartinLuther.html. Diakses tanggal 9 Juni 2012.
McGrath, Alister E. 2006. Sejarah Pemikiran Reformasi. Diterjemahkan oleh Liem Sien Kie. Jakarta: Gunung Mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar