Selasa, 16 Oktober 2012

9.000 Perempuan di Indonesia Aborsi

Setiap tahun rata-rata 9.000 perempuan di Indonesia melakukan aborsi. Dari jumlah itu, 30% adalah remaja berusia 15-24 tahun. Demikian hasil studi Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang dilakukan 2000 sampai 2004 di sembilan kota besar seperti Medan, Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Denpasar, Surabaya, Mataram dan Manado.

Hasil studi ini mengambarkan, 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30% adalah masih remaja, 27% belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar atau mahasiswa dan sisanya adalah ibu rumah tangga. “Persentase besar ada di tiga kota, yaitu Yogyakarta, Denpasar dan Mataram. Untuk itu, PKBI melakukan studi banding secara kualitatif di tiga kota besar itu. Hasilnya belum dipublikasikan,” kata Direktur Eksekutif PKBI Inne Silviane di sela-sela sebuah seminar. (Media Indonesia, 29/11/05)

700 Ribu Aborsi Dilakukan Remaja
JAKARTA -- Setiap tahun terjadi 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia. Jika dirata-rata, setiap jamnya terdapat 300 wanita telah menggugurkan kandungannya.
Kalian tahu siapa yang menggugurkan kandungan itu? "Dari jumlah itu, 700 ribu di antaranya dilakukan oleh remaja usia di bawah 20 tahun," kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Siswanto Agus Wilopo, di Jakarta, Kamis (23/11).
Ia mengatakan, data aborsi tersebut meliputi kasus aborsi yang terjadi secara spontan maupun dengan induksi. Mengapa terjadi penguguran kandungan? Sebanyak 11,13 persen dari semua kasus aborsi di Indonesia dilakukan karena kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy). Ngeri nggak sih, hamil di luar nikah, kemudian membuang bayi yang tak bersalah?
Di Indonesia tindakan aborsi yang tidak aman juga berdampak besar terhadap peningkatan angka kematian ibu (Maternal Mortality Ratio/MMR). Siswanto mengatakan saat ini sekitar 11 persen kematian ibu terjadi karena berbagai komplikasi akibat aborsi tidak aman sedangkan menurut data hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 lima persen kematian maternal terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman.
Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa aborsi dan komplikasinya sebenarnya bisa dicegah atau setidaknya ditekan kejadiannya dengan meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi. "Meskipun tidak ada kontrasepsi yang sempurna namun kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, pemicu utama dilakukannya aborsi," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar