Sifat-sifat Nabi
Jujur Lagi TerpercayaSifat yang melekat pada diri Nabi sebelum beliau diutus menjadi rasul dan menjadi buah bibir adalah kejujurannya, sehingga beliau bergelar “Ash-Shadiq Al-Amin” (jujur lagi terpercaya).
Subhanallah ! Empat puluh tahun sebelum kenabian beliau telah bergelar Ash-Shadiq Al-Amin.
Setelah tiga tahun kenabian, Allah memerintahkan berdakwah dengan cara terang-terangan,
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik”.
Maka Nabi naik ke bukit Shafa dan memanggil, “Wahai kaumku kemarilah…
“Wahai kaumku kemarilah…” agar seluruh kabilah berkumpul. Maka, mereka semua datang sampai yang berhalangan pun mengutus seorang utusan.
Ketika telah berkumpul, Nabi bersabda, “Bagaimana menurut kalian, jika kuberitahukan kepada kalian bahwa di balik bukit ini ada seekor kuda yag ingin menyerang kalian, apakah kalian semua percaya kepada?”.
“Kami tidak pernah mendapati engkau berbohong sedikitpun”, jawab. Maka Nabi bersabda, “Sesungguhnya saya adalah pemberi peringatan Allah. Di tangan-Nyalah siksa yang pedih”.
Allah Akbar … ! Rasul telah mengetengahkan dalil kepada mereka. Nabi telah mengeluarkan argument yang sulit ditolak oleh mereka. Bukit Shafa adalah sebuah bukit yang kecil. Walaupun begitu beliau mengatakan, “Bagaimana tanggapan kalian !” Maka, secara terang-terangan mereka mengakatan, “Kami belum pernah mendapati dirimu berbohong sedikitpun”,! Setelah itu Abu Lahab angkat bicara, “Sungguh celaka engkau”. Meski demikian, ia tidak berani menustakan Nabi.
Diriwayatkan oleh Abdullah bin MAs’ud ia berkata : Rasulallah seorang yang jujur lagi dapat dipercaya-bercerita kepada kami,
“Sesungguhnya salah seorang dari kalian proses penciptaannya dikumpulkan dalam rahim ibunya selama empat puluh hari masih berupa air mani …” sampai akhir hadist.
Ketika hadist ini disesabdakan pada zaman itu, pasti terasa sangat janggal karena tidak ada satu penelitian pun yang menjelaskan proses penciptaan manusia. Tapi pada hari ini, hadist tersebut terbukti telah mendahului berbagai penemuan modern tentang keajaiban penciptaan manusia.
Bacalah hadist ini sekali lagi ! Dari orang yang “jujur lagi terpercaya”! Apa yang beliau kemukakan masih bersifat bayangan, karena tidak didukung dengan data ilmiah.
Pada dasarnya kejujuran itu sulit direalisasikan, akan tetapi akan menjadi mudah bagi orang yang ingin melaksanakannya. Niatkankah mulai sekarang untuk menjadi orang yang jujur, dan bersikaplah konsekuen sepanjang hidup Anda, karena akhlak itu harus diaplikasikan.
Ada sebuah hadits Nabi yang membicarakan akhlak malu Anda akan mendapati diri Anda keluar dari kesalahan selama ini, "Bahwa malu itu bagian yang penting dan integral dari akhlak". Nabi bersabda,
"Cabang iman itu terdapat 63 bagian, sedangkan malu itu bagian dari pada iman.”
Bahwa iman itu terdiri dari 63 bagian. Barang siapa mengumpulkan seluruh cabang iman tersebut, ia akan menjadi seorang mukmin.
Perlu kita perhatikan bahwa Nabi tidak menyinggung cabang lainnya, akan tetapi beliau hanya menyinggung tentang malu saja
Subhanallahh! Ini adalah dalil yang sangat penting, bahwa malu dapat mengantarkan Anda meraih cabang iman lainnya yang se 63 cabang. Jika Anda mempunyai rasa malu, maka Anda telah meraih sisa cabang iman lainnya. Dalam riwayat lainnya Nabi bersabda,
"Iman itu mempunyai 63 bagian, bagian tertinggi adalah mengucapkan kalimat, bahwa tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah; sedangkan bagian yang terendah adalah menyingkirkan rintangan dijalan. Adapun malu itu adalah bagian dari iman.”
Malu adalah bagian yang paling urgen dari keimanan. Marilah berintrospeksi diri. Di manakah akhlak malu kita?
Nabi Bersabda,
"Malu itu mengandung kebaikan”.
"Malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan.”
"Malu itu bagian dari pada iman dan iman tempatnya di surga, sedangkan buruk akhlak itu bagian dari kekerasan hati dan tempatnya di neraka".
"Malu dan iman keduanya tak terpisahkan. Jika salah satu dari keduanya terangkat maka yang lainnya pun terangkat".
Subhanallah, beberapa hadits di atas berbicara seputar :
Untuk siapakah kebaikan itu?
Untuk siapakah iman itu?
Untuk siapakah akhlak itu?
Ternyata, semuanya itu untuk orang yang mempunyai rasa malu!
Sesungguhnya Anda tidak dapat berbakti kepada kedua orang tua Anda, bertaubat kepada Allah, melaksanakan ibadah haji, umrah, bersedakah, menjauhi kebohongan, atau berkeinginan kuat untuk taat kepada Allah, kecuali Anda mempunyai rasa malu. Anda malu kepada Allah karena Anda bergelimangan dosa, lalu Anda malu untuk berjumpa dengan-Nya. Berbaktilah kepada kedua orangtua Anda, menghadaplah kepada Allah, bersedekahlah, dan beristiqamahlah!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar