cerita sex.. awalnya dari sms
Posted on | Kamis, 19 Juli 2012 |
No Comments
"Mas, komputernya hang lagi nih..!" teriakku. Tidak berapa lama, Bryan
masuk ke kamarku. "Kamu emang gatek, Yen.." celetuk Bryan kakak iparku.
Belum sempat aku bangun dari tempat duduk, kedua tangan Bryan sudah
berada di bawah ketiakku.
Jemarinya yang berbulu, begitu cepat menekan tombol 'Ctrl-Alt- Del'.
Komputer di depanku kembali berfungsi. Aku terhenyak. Bryan masih
berdiri menunduk di belakangku. Dengan sengaja kedua tangannya menyentuh
payudaraku. Aku tidak bereaksi. Memang ini yang kuinginkan.
Jujur saja, aku sebetulnya dapat mengatasi masalah komputer 'hang'.
Sebenarnya yang tadi hanya trik saja untuk 'memancing' Mas Bryan masuk
ke kamarku. "Lembut banget Yen..," bisiknya lirih. Tidak lama kemudian
dia keluar kamar. Hampir aku tidak mendengar ucapannya. Pikiranku jauh
menerawang. "Seandainya Mas Bryan menjadi milikku..," gumanku dalam
hati.
Aku terus membayangkan bagaimana bahagianya Priscilla, kakak sulungku,
bersuamikan seorang Bryan. Badannya tinggi tegap. Kulitnya yang putih
bersih, ditumbuhi bulu-bulu halus. Mas Bryan yang peranakan Jawa-
Pakistan, sudah satu setengah tahun tinggal di rumah kami.
Karena Cilla, panggilan kakak sulungku, sedang mengandung, Mama meminta
mereka tinggal sementara di rumah ini. Dering handphone membuyarkan
lamunanku. Ahh, rupanya hanya SMS saja. Tapi, wooww ternyata itu pesan
dari Mas Bryan. Isinya singkat, "YEN, TOKETNYA INDAH BANGET, SORRY YA
NGACENG AJA." Aku tersenyum membacanya. Aku mengerti maksud kata-kata
terakhirnya, bukan ngaceng aja, tapi ngga sengaja.
Kalaupun Mas Bryan benar-benar terangsang ketika berada di kamarku,
memang wajar. Bukan hanya dia yang mengatakan buah dadaku indah, bahkan
teman-teman cewek di kampus pun iri melihat punyaku ini. Apalagi sebelum
Mas Bryan masuk kamarku, aku sengaja hanya mengenakan kaos oblong tanpa
BH. Malamnya, Mas Bryan SMS lagi. Dia sedang asyik menonton liga Italy
di home theatre rumahku. Dalam pesannya, dia minta ditemani nonton bola.
Kujawab tidak.
Aku memang tidak senang menonton bola. "KALO BOLA YANG LAIN MAU."
pancingku me-reply pesannya. Sebetulnya aku ingin sekali berdua
dengannya di malam seperti ini. Tetapi yang menjadi masalah adalah letak
home theatre yang di pojok dekat taman persis bersebelahan dengan kamar
tidur Mamaku. Kalau ketahuan kan jadi kacau semua.
Kamar Mas Bryan sendiri ada di lantai atas, bersebelahan dengan adikku
yang bungsu. Tetapi, kalau nonton TV Mas Bryan lebih senang di bawah.
Mbak Cilla sudah tahu kebiasaan suaminya menonton bola di bawah.
Kesempatan ini kumanfaatkan sekalian. Tetap lewat sarana SMS, kupancing
Mas Bryan masuk kamarku. Gairah seksku sedang memuncak- muncaknya malam
itu.
Mungkin karena mau dapat mens. Aku harus berterima kasih banyak pada
fasilitas SMS lintas operator ini. Sudah dua minggu lebih, saya dan Mas
Bryan saling kirim pesan rahasia. Padahal kami sama-sama berada di
rumah. Kalau bicara langsung atau telepon kan beresiko ada yang
menguping. SMS benar-benar menghubungkan cintaku padanya.
Pintu kamar terkuak perlahan. Dengan sedikit berjinjit Mas Bryan masuk
kamarku. Mengenakan celana pendek dan kasus oblong. Kumis dan cambangnya
baru dicukur. Birahiku menggelora melihat wajah Mas Bryan di depanku.
Bahunya yang lebar mendatar ditambah dadanya yang bidang membuatku ingin
segera menggelayutinya manja. "Blom tidur Yen..?" tanyanya
berbasa-basi. Tidak kujawab.
Aku hanya tersenyum manja sambil mengibas rambutku. Malam itu aku
memakai baju tidur model 'you can see' dan celana selutut. Agak lama
kukibaskan rambutku. Mas Bryan pasti tidak melewatkan kesempatan emas
ini. Dengan kaos 'you can see', jelas terlihat olehnya payudaraku yang
putih menyembul. Pelukan hangat Mas Bryan langsung menyergap. Memeluk
dari belakang, membuat tangannya bebas-puas menggerayangi payudaraku.
Sambil mendesis- desis, bibirnya yang seksi mulai melumat leher dan
belakang kupingku. Pantas saja Mbak Cilla betah di kamar.
Mas Bryan memang paling jago memanjakan cewek. Permainannya lembut dan
halus. Baru kali ini aku merasakan sentuhan-sentuhan seorang lelaki yang
membuatku nikmat keenakan. Tidak seperti Joko pacarku, Mas Bryan sangat
sabar menelusuri seluruh bagian tubuhku.
Dia begitu menikmati jengkal demi jengkal lekuk tubuhku. Aku sangat
menikmati permainan jilatan lidah dan remasan jari-jarinya yang nakal.
Kini aku hanya menyisakan celana dalam saja. Pakaian tidur dan BH sudah
dicampakannya.
Entah kenapa, Mas Bryan belum juga menjamah bagian paling peka dari
tubuhku. Padahal aku sudah sangat mengharapkan jilatan demi jilatan
merambah bibir kemaluanku yang sudah mulai membasah. Ternyata, kesabaran
Mas Bryan menjelajahi bagian tubuhku berhenti sampai disitu. Tiba-tiba
dia mengangkat tubuhku ke tempat tidur. Dengan sedikit tergesa-gesa, dia
membaringkan tubuhku di pinggir tempat tidur. Buru-buru dia melepas
celana dalamku dan CD- nya. Dengan berlutut di pinggir tempat tidur, Mas
Bryan sudah mengeluarkan senjata pamungkasnya.
Sebatang daging keras memanjang sudah mendekati selangkanganku. "Jangan
dulu Mas..! " sahutku lirih. Aku kecewa berat. Kenapa sih setiap lelaki
selalu ingin cepat- cepat memasukkan batangnya ke lubang kemaluannya
wanita. Padahal aku masih butuh foreplay yang lama.
Kenikmatan tidak hanya didapat ketika batang itu ada dalam lubang
kemaluan. "Mas sudah ngga tahan, sayang..!" katanya. Batang kokoh
berurat itu mulai menekan-nekan. Aku meringis kesakitan. "Ahh..,
perlahan dong Mas..!" aku menahan sakit. Seperti tidak mendengar
permintaanku, Mas Bryan semakin kencang menekan. Kedua tangannya
menyangga tubuhnya di bibir tempat tidur. Sementara kedua lututnya
bertekuk di lantai. Gaya seperti ini pernah saya lihat di film biru.
Kedua kakiku ditekuknya seperti kecoa kepanasan.
Menurut cerita teman-temanku, posisi inilah yang didambakan setiap
wanita. Dalam posisi seperti ini, penetrasi alat vital pria akan
maksimal. Sementara kedua tangannya akan bebas meremas payudara si
wanita. Tetapi semua itu tidak kuperoleh dari Mas Bryan. Tidak seperti
yang kuduga, sudah hampir tiga menit Mas Bryan belum berhasil menembus
keperawananku. Puluhan kali dia mendorong batang kemaluannya, aku belum
merasakan nikmatnya batangan daging memenuhi rongga vaginaku. Tiba-tiba
Mas Bryan berkata, "Mau keluar nih Cilla..!" sambil meringis menahan
sakit. Aku tersenyum mendengar ucapannya.
Mas Bryan tidak sadar kalau tubuh yang dihimpitnya adalah tubuhku, adik
iparnya, bukan Mbak Cilla istrinya. Dan, "Cret.. cret.. cret.." cairan
putih kental menghujam perutku. Aku masih telentang ketika Mas Bryan
mengenakan celananya. Tanpa permisi, dia langsung meninggalkanku. Cairan
sperma Mas Bryan terasa meleleh ke bawah. Kemudian terhenti dan
menggumpal di sela-sela bulu kemaluanku yang lebat. Seperti tidak
percaya, aku mengenang kejadian beberapa menit yang lalu.
Bukan tidak percaya pada hal yang kami berdua lakukan, tetapi pada
'kemampuan' Mas Bryan. Mungkin aku terlalu tinggi menghayal dan berharap
Mas Bryan sebagai lelaki perkasa, sehingga aku merasa kecewa dalam
kenyataannya. Padahal, kalau Mas Bryan tidak terburu-buru, akan
kuberikan pertama kali kenikmatan untuknya. Biarlah, Joko pacarku
mengambil sisanya, karena memang aku tidak berharap banyak dari Joko.
Hubunganku selama ini dengannya lebih karena aku menuruti keinginan Mama
saja. Maklum sudah tua, menjanda pula.
Mama ingin, aku Yennita, satu-satunya anak perempuan yang single,
berjodohan dengan keponakan Papa almarhum. Paginya aku bangun kesiangan.
Seluruh badan terasa pegal, mungkin karena permainan semalam yang tidak
tuntas. Kusambar handphone-ku, lagi-lagi SMS dari Mas Bryan. Tidak
seperti biasanya, kali ini pesannya agak panjang. Intinya, dia minta
maaf atas 'happy ending' yang kurang bagus tadi malam.
Menurut pengakuannya dalam SMS yang berturut-turut, sebelum tubuhku
dibawanya ke atas tempat tidur, dia sudah merasa khawatir kalau Mbak
Cilla atau Mama mengetahui kejadian itu. Dasar lelaki, Mas Bryan tidak
mau melepaskan kesempatan itu begitu saja. Maka yang terjadi adalah dia
buru-buru mengarahkan batang kemaluannya ke liang keperawananku. Dia
masih sempat menikmati ejakulasi. Sementara aku, hanya dapat pegal dan
kecewa saja. Tapi sudahlah. Hari-hari berikutnya, kami masih sering
ber-SMS ria. Isinya apalagi kalau bukan saling memancing birahi.
Belajar dari film "Mission Impossible," kami selalu langsung menghapus
setiap pesan SMS. Bahkan, kalau sedang tiduran di samping Mbak Cilla
pun, Mas Bryan sengaja menyimpan handphone- nya di bawah bantal, agar
dering atau vibrasinya tidak terdengar istrinya. Pernah suatu ketika,
lewat SMS Mas Bryan memberitahu kalau dia mau 'main' sama Mbak.
Dia menantangku kalau mau mengintip permainan 'bola'-nya. Pintu kamarnya
sengaja dibuka sedikit, memberi celah bagiku menikmati permainan seru
mereka. Penasaran, kuturuti tantangannya. Dan alamaak, Bryan di atas
ranjang memang seperti yang kudambakan selama ini. Kakakku sampai
kewalahan mengimbangi irama permainan suaminya.
Dari wajahnya, terlihat mereka lemas kelelahan. Kenikmatan duniawi
akhirnya mereka renggut berdua malam itu. Sementara aku hanya dapat
menelan ludah. Ada juga lucunya Mas Bryan ini. Masih dengan SMS, dia
'melaporkan' hasil permainan dengan kakakku Cilla. Ternyata isi dalam
SMS-nya adalah, "Aku membayangkan tubuh Yennita ketika menindih Mbak
Cilla." Gila..! Aku balas SMS itu, "BUKTIKAN DENGANKU MAS, JANGAN HANYA
MEMBAYANGKAN." aku mulai memancing dia lagi. TAMAT
sumber dari :http://adultstory21.blogspot.com/2012/01/lewat-sms.html#_
sumber dari :http://adultstory21.blogspot.com/2012/01/lewat-sms.html#_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar